• Jelajahi

    Copyright © Nusantara Maju
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Pendidikan Bahasa dalam Logika dan Penalaran

    19 Oktober 2022, Oktober 19, 2022 WIB Last Updated 2022-10-19T07:56:17Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini

     


    Oleh : Fernando De Napoli Marpaung, SS,.M.PD


    Didalam filsafat ilmu terdapat istilah logika dan penalaran. Secara umum kata logika dan penalaran dapat ditafsirkan ataupun berbeda oleh setiap individu. Namun dalam kajian filsafat ilmu, logika dapat diartikan sebagai sebuah konsep berpikir yang mengatur tentang hukum, asas, aturan, prosedur maupun metode dalam mencapai pengetahuan secara rasional, masuk akal dan benar. Arti lain juga menyebutkan logika merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu pengetahuan dengan menggunakan akal pikiran, kata dan bahasa yang dilakukan dengan secara sistematis (Sobur, 2015).

     

    Logika berasal dari bahasa latin yaitu "logos" yang berarti perkataan atau sabda, dalam istilah lain sering juga disebut mantiq, berasal dari kata arab yang diambil dari kata nataqa yang berarti berkata atau berucap (K. Prent C.M.T Adisubrata dalam Mundiri, 2008). 


    Logika disebut sebagai penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode berfikir benar (correct reason) (Kneller, 1967). Pada awal munculnya kata logika tidak dapat ditetapkan kepastiannya dan artinya. Namun menurut Betrand Russel dalam bukunya “History of Western Philoshopy” menjelaskan bahwa kata logika untuk pertama kali dipergunakan oleh Zeno dari Citium (Boh, 1989). Russel juga menjelaskan bahwa Socrates, Plato dan Aristoteles merupakan perintis lahirnya ilmu logika.


    Setelah mendefenisikan arti kata logika, muncul pertanyaan, apakah itu penalaran. Apakah logika dan penalaran mempunyai arti yang sama atau kesamaan?. Terdapat 3 prinsip penalaran yang diungkapkan oleh aritoteles, pertama adalah prinsip identitas yaitu suatu hal adalah sama dengan halnya sendiri, kedua, prinsip kontradiksi yaitu sesuatu tidak dapat sekaligus merupakan hal itu dan bukan hal itu pada waktu yang bersamaan dan yang ketiga adalah prinsip eksklusi tertii yaitu prinsip penyisihan jalan tengah atau prinsip tidak adanya kemungkinan ketiga (Surajiyo,2013). 


    Perlu pemahaman yang cukup tinggi tentang 3 prinsip yang diungkapkan oleh aritoteles tersebut, namun secara bahasa penalaran merupakan sebuah kata yang berasal dari kata nalar‟ di dalam bahasa Indonesia, penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.


    Nalar adalah salah satu corak berpikir untuk menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru dengan memperhatikan asas-asas pemikiran, yaitu principium identitas, principium contradictionis, principiumtertii exclusi dan principium kompromi (abid dalam (Sobur, 2015).


    Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa penalaran adalah sebuah proses dalam berpikir yang menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk menarik sebuah kesimpulan untuk mendapatkan pengetahuan baru. Terdapat hubungan antara logika dan penalaran dari penjelasan di atas, yaitu logika digunakan untuk membantu setiap orang untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren, sementara penalaran adalah sebuah pemikiran (proses berpikir) untuk mendapatkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penggabungan satu atau lebih pengetahuan. 


    Logika merupakan ketentuan formal untuk memeperoleh pengetahuan yang benar kemudian penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa  pernyataan lain yang telah diketahui. Namun kita sebagai pembelajar, khususnya pembelajar bahasa mempertanyakan apakah peran logika dan penalaran didalam pendidikan bahasa bila ditinjau dari kajian filsafat ilmu.


    Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Filsafat ilmu berusaha menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah. Apabila seorang filosof memulai pekerjaannya maka dia akan mulai dengan mengemukakan pertanyaan - pertanyaan.

    Filsafat lebih banyak mengandung isi studi tentang pertanyaan, dari mana tentang jawaban. Selain filsafat ilmu terdapat juga filsafat yang mengkaji tentang bahasa yaitu filsafat bahasa. Muntasyir (1988) mengatakan bahwa filsafat bahasa selalu dipahami oleh dua prespektif berbeda yaitu, yang pertama, filsafat yang menggunakan bahasa sebagai alat analisis konsep￾konsep, dan kedua, filsafat yang mengkaji tentang bahasa sebagai material yang dianalisis.


    Semua ahli filsafat sependapat bahwa hubungan bahasa dengan filsafat sangat erat bahkan tidak dapat dipisahkan terutama dalam pengertian pokok bahwa tugas utama filsafat adalah analisis konsep-konsep, oleh karena konsep-konsep tersebut terungkapkan melalui bahasa maka analisis tersebut tentunya berkaitan dengan makna bahasa yang digunakan dalam mengungkapkan konsep-konsep tersebut (Sumanto, 2017). 


    Pembahasan tentang bahasa tersebut kemudian turun kedalam kajian yang lebih spesifik didalam pembelajaran, khususnya pendidikan bahasa. Bila kita mengkaji hubungan antara logika dan penalaran dengan pendidikan bahasa, kita dapat memulai berpikir secara logika dan penalaran melalui konsep pembelajaran bahasa, dengan berpikir secara logis dan sesuai penalaran. 


    Pada hakikatnya sebuah bahasa pada awalnya adalah berbentuk sebuah suara yang kemudian di ubah dalam bentuk transcription(spoken--->language form). Transcription itu sendiri itu sendiri dibagi kedalam 3 bagian pokok utama yang pada nantinya mempunyai cabang-cabang kajian tersendiri. 


    Seperti yang telah dijelaskan :"transcription‟ terbagi dalam 3 bagian yaitu phonetic, phonemic dan alphabetic. Phonetics yang menghasilkan phonetics transcription, phonemic transcription, alphabetic transcription di rangkum didalam atau menjadi sebuah written (tulisan) yang kemudian dijabarkan dalam 4 keterampilan dalam bahasa yaitu listening, speaking, reading dan writing. Kajian fonologis yang dijelaskan tersebut di atas tentunya melewati proses berpikir (logika), kemudian digabungkan dengan pengetahuan pengetahuan lain menimbulakan proses penalaran yang menghasilakan sebuah ilmu pengetahuan.


    Disanalah peran logika dan penalaran dalam pengembangan ilmu pendidikan bahasa. Pendidikan bahasa dapat mengarahkan kita kedalam proses berpikir secara logis ataupun sesuai dengan logika serta sesuai dengan penalaran yang telah dijelaskan di awal tadi. 


    Pendidikan bahasa merupakan satu kesatuan dalam pengembangan ilmu yang bersifat logika dan penalaran yang terdapat didalam filsafat ilmu. Pembelajaran keterampilan bahasa, yang sangat luas yang memiliki memiliki 4 keterampilan utama yaitu listening, speaking, reading dan writing tentunya di setiap pelajarannya telah melalui proses berfikir secara logika dan penalaran yang mendalam sehingga dapat digunakan dalam proses pembelajaran (khususnya pembelajaran bahasa) saat sekarang ini.


    Seiring dengan terus berkembangnya ilmu  pengetahuan tentunya ilmu tersebut akan mengalami proses peningkatan karena proses berpikir logis dan nalar sesorang yang juga nantinya akan semakin berkembang dan semakin maju memungkinkan sesorang untuk meningkatkan ilmu pendidikan demi kemaslahatan bersama khususnya didalam dunia pendidikan. 


    Demikianlah penjelasan tentang kajian filsafat ilmu; pendidikan bahasa dalam logika dan penalaran, penulis memohon maaf untuk segala kekurangan dan kesalahan didalam penulisan ini, semoga bermanfaat.


    (Penulis Adalah Mahasiswa Program Studi S-3 Ilmu Keguruan Bahasa Universitas Negeri Padang)


    Komentar

    Tampilkan

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Berkomentarlah sesuai topik dan menjaga etika sopan-santun